Pagi begitu cerah. Sinar matahari menembus sela-sela jendela kamar, membangunkan suasana hangat di rumah kecil keluarga Pak Sam. Meskipun sederhana, rumah itu dipenuhi rasa syukur dan kebahagiaan yang tak pernah habis.

Pak Sam, seseorang tukang bengkel yang rajin dan penuh dedikasi, sudah sejak subuh menyiapkan peralatan bengkelnya, Di dapur, Ibu Sani sibuk menyiapkan sarapan. Aromanya memenuhi seluruh rumah. Sementara itu, Ima, Putri kesayangan mereka yang duduk di kelas 7 SMP, tengah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

“Pagi, Ibu! Aku sudah siap. Apakah sarapanku sudah siap”? seru Ima, wajahnya terlihat ceria dan bersemangat.

Ibu Sani tersenyum lembut, “Sudah siap nak. Makan yang banyak ya karena ibu lihat wajahmu sangat gembira pagi ini”, katanya. Ima mengangguk sambil duduk di meja makan.

“Ibu aku  ikut lomba mendongeng loh! Aku benar-benar ingin mencobanya.” Ujar Ima. Ibu Sani terdiam sejenak, Lalu matanya begitu berbinar-binar karena ia merasa bangga.

“Wah Ima! itu hal sangat bagus, kamu harus berlatih,ya, nak ibu percaya kamu pasti bisa melakukannya”. Tak lama kemudian Pak Sam pun memanggil Ima.

“Ima! Apakah sudah siap berangkat ke sekolahnya”? teriak Pak Sam. Ima bergegas keluar menemui ayahnya yang sedang menunggu.

“Sudah Bapak!” timpalnya.

Dalam perjalanan  menuju  sekolah, angin pagi yang sangat sejuk, Ima pun bercerita kepada Bapaknya bahwa ia mengikuti lomba yang akan diikutinya. Tapi Ima merasa ketakutan ia takut tidak akan bisa melakukannya

Pak Sam mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu berkata”Nak Bapak bangga padamu! tapi lakukan semampu dan sebisa mu saja ya, jangan pernah mendengarkan kata-kata orang lain”.

Ima mengangguk, dan mengatakan. ”Iya Pak aku akan  melakukannya dengan penuh percaya diri dan merasa lebih berani”.

Setibanya ia di sekolah,ia langsung menemui sahabatnya, Lula. Ia berlari menuju Lula.

“Lula aku mengikuti lomba mendongeng tau, kamu yakin aku bisa melakukannya?” tanya Ima ragu-ragu.

“Tentu saja bisa! kamu itu adalah orang hebat” tukas Lula sangat bersemangat.

Percakapan mereka berdua pun membuat Ima percaya diri sedikit. Ia kemudian bergegas menemui Bu Nirwah, guru  panutannya yang ia anggap sangat baik dan keren.

“Ibu..Ibu!  lomba mendongengnya jadi, kan? Aku sangat bersemangat untuk latihan! ”Bu Nirwah tersenyum bangga.

”Ima, Ibu sangat senang dengan semangatmu. Nanti jam istirahat temui ibu di ruang perpustakaan sekolah, ibu menunggumu disana, kita akan latihan bersama di sana. Jam istirahat pun tiba, Ima berlari menuju perpustakaan. Bu Nirwah sudah menunggunya.

“Ima, sebelum latihan, baca dulu teks ini .Tapi kamu harus ingat,kamu tidak perlu menghafalnya. Cukup pahami ceritanya. Mendongeng itu bukan soal hafal, tapi bagaimana caranya kamu menyampaikan kepada penonton dengan sepenuh hati”.

Ima membaca dengan sungguh-sungguh, namun ketika ia mencoba mendongeng, badannya mulai gemetar dan ia sangat cemas. Ternyata ia merasa ragu pada diri sendirinya. Bel pulang berbunyi. Ima berjalan pelan menuju gerbang. Saat naik motor Bapaknya, wajah Ima terlihat lesu.

“Nak, kenapa wajahmu terlihat lesu begitu,” tanya Bapaknya. Ima pun menunduk.

”Bapak, aku takut tidak bisa aku takut mengecewakan Bu guru dan Bapak Ibu”, kata Ima setengah berbisik. Seketika Pak Sam menghentikan motornya. Mereka berhenti di bawah pohon teduh dan sekelilingnya ditumbuhi tanaman bunga yang sangat cantik.

“Loh nak! tadi pagi kamu sudah bilang pada Bapak kamu pasti bisa, kok jadi bilang begitu sekarang” selidik Pak Sam.

“Ima, dengar ya tidak ada orang yang langsung pintar dan hebat memperbaiki motor, Bapak pun dulunya belajar berkali-kali, tapi sekarang Bapak kini sudah bisa melakukannya. Yang penting kamu percaya diri, Bapak akan tetap di sampingmu” sambung Pak Sam. Kata-Kata itupun membuat Ima bersemangat dan merasa percaya diri kembali.

”Aku akan mencobanya lagi Bapak, aku harus bisa membuktikan kepada Bapak kalau aku bisa melakukannya” pungkas Ima penuh semangat. Keesokan harinya Ima kembali semangat. Ia menemui Bu Nirwah kembali dengan langkah pasti.

“Bu Nirwah! Aku siap latihan lagi.Aku tidak mau gampang menyerah aku harus bisa melakukannya dan seperti yang Bapak ku bilang aku harus percaya diri” ucap Ima dengan wajah serius.

Bu Nirwah tersenyum bangga kepada Ima seraya berkata ”Nah begitu dong Ima, Ingat kata ibu ya usaha itu tidak akan pernah mengkhianati hasil”.

Ima mengangguk dan mengatakan ”baiklah bu! aku akan membuktikannya kalau aku bisa.”

Saat pulang,Ima kembali bercerita kepada Bapaknya bahwa ia berhasil melakukan latihan dengan baik. Sesampainya di rumah,Ibu Sani sudah menunggunya dengan wajah penuh cinta dan kehangatan.

“Ima, kemari Nak. Ibu punya sesuatu untukmu”

Ima mendekat ke ibunya dengan merasa penasaran. Ibu Sani memberikan sebuah buku dongeng bergambar indah kepada Ima.

“Nak, Ibu membeli ini tadi di pasar. Saat melihatnya Ibu langsung teringat kamu. Baca dan pelajari ya nak biarkan imajinasimu tumbuh sendiri dalam dirimu. Ibu yakin kamu bisa melakukannya dan akan menjadi pendongeng yang hebat.” kata Ibu Sani dengan lembut sambil menatap putrinya.

Ima langsung memeluk Bapak dan ibunya dengan dada dipenuhi rasa syukur. Dalam pelukan itu, ia merasa memiliki keluarga yang sangat mendukung dan menyayanginya, dan ia bisa sangat percaya diri berkat kedua orang tuanya.

Di rumah sederhana itupun Ima sadar, satu hal yang sangat besar bahwa. Keluarga adalah tempat dimana kamu didengar dan disupport dan di situlah tempat dimana kamu merasa disayangi dan diperhatikan setiap saat. Rumah adalah kekuatan yang paling menginspirasi.

Cerita Pendek Karya : Ulil Asmi Fatmadani / Kelas 9B